MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
DESAIN
PENELITIAN KUALITTAIF
DISUSUN
OLEH :
NAMA :
HIKMANUDDIN
NIM :
10540 4200 10
KELAS :
V.A
NO. URUT :
40
PGSD
S1
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas limpahan karunia dan
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah
ditentukan. Tidak lupa pula penulis panjatkan salawat dan salam atas junjungan
Nabiyullah Muhammad Saw, keluarga, para sahabat, dan pengikut setia Beliau
hingga akhir zaman. Amin.
Tiada
daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah swt, termasuk yang penulis
rasakan saat ini, berbagai ujian dan tantangan yang penulis hadapi dalam
penyusunan makalah ini. Pencarian referensi yang lebih aktual dan sesuai dengan
topik pembahasan menjadi salah satu tujuan yang tidak bisa dianggap remeh.
Dalam makalah ini membahas tentang “METODE
PENELITIAN PENDIDIKAN”. Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
kekeliruan dan kekhilafan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhirnya,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Makassar, Oktober
2012
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul.................................................................................................................... i
Kata
pengantar....................................................................................................... ii
Daftar
isi............................................................................................................... iii
BAB
1: PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar
Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................... 2
BAB
II: PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Penentuan
di Mana dan dari Siapa Data akan Dikumpulkan............ 3
B. Penentuan
Fase-Fase Penelitian Seacara Berurutan.......................... 4
C. Penentuan
Instrumen......................................................................... 5
D. Perencanaan
Pengumpulan Data....................................................... 8
BAB
III: PENUTUP........................................................................................... 19
A. Kesimpulan.................................................................................... 19
B. Saran.............................................................................................. 20
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 21
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia
diberi oleh Allah akal yang berguna unuk berfikir. Berfikir adalah upaya
manusia untuk memperbaiki dirinya baik dihadapan Allah maupun manusia, sebab
dengan proses berfikir manusia akan cederung terlihat bijaksana dalam
menyelesaikan masalahnya.
Rasa ingin
tahu merupakan salah satu sifat yang dimiliki manusia. Terutama sifat
keingintahuan pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Manusia
selalu menaruh perhatian terutama pada lingkungan disekitar kehidupannya.
Perhatian dan pengamatan terhadap fakta-fakta serta didorong keinginantahuan
pada fakta-fakta secara lebih mendalam akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
yang membutuhkan jawaban. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
dan memuaskan rasa keingintahuan kemudian menimbulkan motivasi
penelitian.
Penelitian
memiliki maksud untuk menunjukkan suatu rancangan dasar bagi pemahaman kita.
Kita tidak akan mengerti ataupun memahami jika kita tidak berusaha untuk
meneliti masalah atau hal itu. Setiap penelitian baik
penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah. Dalam
penelitian kualitatif masalah yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang,
bahkan gelap kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti
berada di lapangan.
Penelitian
kualitatif memiliki desain penelitian untuk menunjukkan rencana penelitian
tentang bagaimana melangkah maju. Desain penelitian memiliki unsur-unsur
seperti yang akan kami jelaskan. Semoga ini tidak membosankan dan dapat membuka
wawasan kita tentang penelitian tersebut.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, beberapa permasalahan yang berkaitan dengan desain
penelitian kualitatitaif, yaitu:
1. Bagaimana
penentuan di mana dan dari siapa data akan dikumpulkan?
2. Bagaimana
penentuan fase-fase penelitian secara berurutan?
3. Bagaimana
penentuan instrumen?
4. Bagaimana
perencanaan pengumpulan data?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Penentuan
di Mana dan dari Siapa Data akan Dikumpulkan
Dalam
penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, tetapi situasi sosial yang
terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi
secara sinergis. Situasi sosial tersebut,
dapat
dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin difahami secara mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya. Pada
situasi sosial,
peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada
tempat tertentu (Sugiyono, 2012: 297).
Dalam penelitian kualitatif
tidak menggunakan populasi, karena berangkat dari kasus tertentu yang ada pada
situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke
populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki
kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel pada
penelitian kualitatif tidak
dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan,
teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif disebut sebagai sampel teoritis, karena
tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam
penelitian kualitatif disebut juga sebagai sampel konstruktif, karena dengan
sumber data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih
belum jelas (Sugiyono, 2012: 298-299).
Penentuan
sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki
lapangan dan selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu, peneliti memilih
orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data
yang diperlukan,
selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel
sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan
akan memberikan data yang lebih lengkap
(Sugiyono, 2012: 301).
Dalam
penelitian kualitatif, sampling adalah pilihan peneliti mengenai aspek apa,
dari peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi
tertentu. Sehingga dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian. Tujuan
sampling dalam penelitian kualitatif adalah untuk mencakup sebanyak mungkin
informasi yang bersifat holistik kontekstual. Sampling tidak harus
representatif terhadap penelitian kualitatif, melainkan representatif pada
informasi holistik (Tahir, 2011:
70).
B. Penentuan
Fase-fase Penelitian Secara Berurutan
Dalam
penelitian kualitatif terdapat tahap-tahap
penelitian kualitatif yang terdiri dari
tiga fase pokok, yaitu:
1. Tahap
orientasi
Tahap orientasi adalah mendapatkan
informasi tentang apa yang penting untuk ditemukan atau mengetahui sesuatu
tentang apa yang belum diketahui. Tahap orientasi bertujuan untuk memperoleh
gambaran yang tepat tentang latar penelitian. Pada tahap orientasi, kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti adalah meminta izin, menentukan lokasi/latar
penelitian, merancang usulan penelitian, menentukan subjek dan informan
penelitian, menyiapkan kelengkapan penelitian dan mendiskusikan rencana
penelitian.
2. Tahap
eksplorasi
Tahap eksplorasi adalah menemukan
sesuatu secara eksplorasi terfokus. Pada tahap ini, setelah mengadakan
orientasi pada lokasi penelitian, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah
pengumpulan data dengan cara: wawancara, mengkaji dokumen, dan observasi pada
kegiatan yang diselenggarakan.
3. Tahap
member check
Tahap member check adalah mengecek
temuan menurut prosedur yang tepat dan memperoleh laporan akhir. Pada tahap ini
kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengadakan pengecekan data pada subyek
informan atau dokumen untuk membuktikan validitas data yang diperoleh serta melakukan penghalusan
data yang diberikan oleh subyek maupun informan, dan diadakan perbaikan, baik
dari segi bahasa maupun sistematikanya, agar dalam pelaporan hasil penelitian
memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi (Tahir, 2011: 71).
C. Penentuan
Instrumentasi
Instrumentasi
penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati. Instrumen penelitian mempengaruhi kualitas hasil
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian merupakan peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai
instrumen harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap dalam
melakukan penelitian selanjutnya yang
akan
terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi
validasi pada pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti untuk memasuki obyek
penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi
terhadap peneliti sebagai instrumen adalah peneliti itu sendiri, melalui
evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan
teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal untuk
memasuki lapangan (Sugiyono,
2012: 305-306).
Penelitian
kualitatif sebagai human instrumen,
berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber
data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data,
dan membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiyono, 2012: 306).
Dalam
penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian
belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, dan hasil yang diharapkan.
Rancangan penelitian bersifat sementara dan akan berkembang sesudah peneliti
memasuki obyek penelitian. Penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas itu
bersifat holistik, dinamis dan tidak dapat dipisah-pisah ke dalam
variabel-variabel penelitian. Kalaupun bisa dipisah-pisahkan, variabelnya akan
banyak sekali. Sehingga, dalam penelitian kualitatif belum dapat dikembangkan
instrumen penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas. Oleh karena itu dalam
penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono,
2012: 306).
Menurut Nasution,
1988 (Sugiyono, 2012: 306-307) “dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan
lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen pendidikan utama. Alasannya
ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah,
fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu.
Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain
dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat
mencapainya”.
Dalam
penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri. Namun, setelah
fokus penelitian jelas,
maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah
ditemukan melalui observasi dan wawancara. Selanjutnya
peneliti akan ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan
pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2012: 307).
Menurut
Nasution, 1988 (Sugiyono, 2012: 307-308) peneliti sebagai instrumen penelitian
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti
sebagai alat peka dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang
harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian itu
2. Peneliti
sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan
aneka ragam data sekaligus
3. Tiap
situasi adalah keseluruhan. Tidak ada satu intrumen berupa test atau angket
yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia
4. Suatu
situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan
pengetahuan saja. Untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya dan
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita
5. Peneliti
sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Peneliti dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah
pengamatan dan mentest hipotesis yang timbul seketika
6. Peneliti
sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan
pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh
penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan
7. Peneliti
sebagai intrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberikan perhatian.
Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk
mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang
diteliti.
D. Perencanaan
Pengumpulan Data
Perencanaan
pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara. Jika dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada
setting alamiah (natural setting),
pada laboratorium dengan metode eksperimen, di sekolah dengan tenaga pendidikan
dan kependidikan, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar,
diskusi, dijalan dan lain-lain. Apabila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber
primer dan sumber sekunder.
Sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Selanjutnya, apabila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan
data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi
(pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan
gabungan keempatnya (Sugiyono,
2012: 308-309).
Dalam
penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah),
sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi
berperan serta (participan observation),
wawancara mendalam (in depth interview)
dan dokumentasi (Sugiyono,
2012: 309).
Berikut
ini teknik-teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif.
1. Pengumpulan
data dengan observasi
Nasution,
1988 (Sugiyono, 2012: 310) mengemukakan bahwa, observasi merupakan dasar semua
ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang dihasilkan melalui observasi.
Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila, penelitian berhubungan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden
yang diamati tidak terlalu besar.
a. Macam-macam
observasi
Sanafiah
Faisal, 1990 (Sugiyono, 2012: 310) mengelompokkan observasi menjadi observasi
berpartisipasi, obeservasi terus terang atau tersamar, dan observasi tak
berstruktur.
a) Observasi
partisipatif
Dalam
observasi partisipatif ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Dalam melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi
partisipatif, maka data yang diperoleh lebih lengkap, tajam dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.
Observasi partisipatif
dapat digolongkan menjadi empat, yaitu:
1) Partisipasi
pasif
Peneliti datang di
tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak terlibat dalam kegiatan
tersebut.
2) Partisipasi
moderat
Peneliti dalam
mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi
tidak semuanya.
3) Partisipasi
aktif
Peneliti ikut melakukan
apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi tidak sepenuhnya lengkap.
4) Partisipasi
lengkap
Peneliti sudah terlibat
sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data, sehingga peneliti tidak
terlihat melakukan penelitian
(Sugiyono,
2012: 311).
b) Observasi
terus terang atau tersamar
Peneliti
dalam mengumpulkan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia
sedang melakukan penelitian. Jadi sumber data mengetahui sejak awal sampai
akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi suatu saat peneliti juga tersamar atau
tidak terus terang dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data
yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan (Sugiyono, 2012: 312).
c) Observasi
tak berstruktur
Observasi
dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tak berstruktur karena fokus
penelitian belum jelas. Observasi tak berstruktur merupakan observasi yang
tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Karena
peneliti tidak tahu secara pasti apa yang akan diamati (Sugiyono, 2012: 313).
b. Manfaat
observasi
Menurut Patton dalam
Nasution, 1988 (Sugiyono, 2012:313), manfaat observasi adalah sebagai berikut.
a) Peneliti
mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi dapat
diperoleh pandangan yang holistik.
b) Peneliti memperoleh pengalaman langsung
c) Peneliti
dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya
orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena
itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara
d) Peneliti
dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden
dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat
merugikan nama lembaga.
e) Peneliti
dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti
memperoleh gambaran yang lebih komprehensif
f) Peneliti
memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi sosial yang
diteliti.
c. Obyek
observasi
Obyek
penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi dinamakan status
sosial, terdiri atas tiga komponen, yaitu:
a) Place,
atau tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.
b) Aktor,
pelaku atau orang yang sedang memainkan peran tertentu
c) Activity atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam
situasi sosial yang berlangsung (Sugiyono,
2012: 314).
d. Tahapan
observasi
Menurut
Spradley, 1980 (Sugiyono, 2012: 315) tahapan observasi ada tiga, yaitu:
a) Observasi
deskriptif
Observasi
deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu
sebagai obyek penelitian. Peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti,
maka peneliti melakukan penjelajah umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi
terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Sehingga hasil dari
observasi disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata.
b) Observasi
terfokus
Pada
tahap ini peneliti melakukan suatu observasi yang telah dipersempit untuk
difokuskan pada aspek tertentu. Peneliti telah melakukan analisis taksonomi sehingga
dapat menemukan fokus, yang selanjutnya menghasilkan kesimpulan 2.
c) Observasi
terseleksi
Peneliti
telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan
melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka peneliti telah menemukan
karakteristik, perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan
antara satu kategori dengan kategori yang lain. Dalam tahap ini, diharapkan
peneliti telah dapat menemukan hipotesis.
2. Pengumpulan
data dengan wawancara/interview
Esteberg,
2002 (Sugiyono, 2012: 317) mendefinisikan bahwa wawancara adalah pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2012: 317).
Dalam
penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif
dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan
interview kepada orang-orang yang ada di dalamnya.
a. Macam-macam
interview
Esterberg, 2002
(Sugiyono, 2012: 319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:
a) Wawancara
terstruktur
Wawancara
terstruktur digunakan bila peneliti telah mengetahui pasti informasi apa yang
akan diperoleh. Pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan.
Dalam
melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman wawancara,
pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar,
brosur, dan material lain yang dapat membantu peneliti dalam pelaksanaan wawancara.
b) Wawancara
semiterstruktur
Tujuan
wawancara semiterstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.
Dalam melakukan wawancara, peneliti harus mendengarkan secara teliti dan mencatat
apa yang dikemukakan oleh informan.
c) Wawancara
tak berstruktur
Wawancara
tak berstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Dalam
wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa
yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden.
b. Langkah-langkah
wawancara
Lincoln dan Guba dalam
Sanapiah Faisal (Sugiyono, 2012: 322) mengemukakan ada tujuh langkah dalam
penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif,
yaitu:
a) Menetapkan
kepada siapa wawancara akan dilakukan
b) Menyiapkan
pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c) Mengawali
atau membuka alur wawancara
d) Melangsungkan
alur wawancara
e) Mengkonfirmasi
ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f) Menuliskan
hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g) Mengidentifikasi
tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
c. Jenis-jenis
pertanyaan dalam wawancara
Patton dalam Molleong,
2002 (Sugiyono, 2012: 322) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling
berkaitan, yaitu:
a) Pertanyaan
yang berkaitan dengan pengalaman
Pertanyaan
ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang telah dialami oleh informan
atau subyek yang diteliti dalam hidupnya, baik dalam kehidupan pada waktu masih
kanak-kanak, selama di sekolah, di masyarakat, di tempat kerja dan lain-lain.
b) Pertanyaan
yang berkaitan dengan pendapat
c) Pertanyaan
yang berkaitan dengan perasaan
d) Pertanyaan
tentang pengetahuan
Pertanyaan
ini digunakan untuk mengungkapkan pengetahuan informan suatu kasus atau
peristiwa yang mungkin diketahui.
e) Pertanyaan
yang berkaitan dengan indera
Pertanyaan
ini digunakan untuk mengungkapkan data atau informasi karena yang bersangkutan
melihat, mendengarkan, meraba dan mencium suatu peristiwa.
f) Pertanyaan
yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Pertanyaan
ini digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subyek yang dipelajari yang
meliputi status sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat
lahir, usia, pekerjaan dan lain-lain.
d. Alat-alat
wawancara
Supaya
hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah
melakukan wawancara kepada informan, maka diperlukan bantuan alat-alat seperti,
buku catatan, tape recorder dan camera
(Sugiyono, 2012:
328).
e. Mencatat
hasil wawancara
Hasil
wawancara harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa.
Karena wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti
perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara (Sugiyono, 2012: 329).
3. Teknik
pengumpulan data dengan dokumen
Dokumen
adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya sejarah kehidupan, dokumen yang berbentu gambar seperti foto
dan dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni (Sugiyono, 2012: 329).
Hasil
penelitian dari observasi dan wawancara lebih dipercaya atau semakin kredibel
apabila didukung oleh autobiografi, foto-foto atau karya tulis akademik dan
seni yang telah ada.
Lexy
J. Moeleong, 1989 (dalam Khaeruddin
& Akib, 2006: 101) menyatakan bahwa dokumen dapat dibagi atas dokumen
pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi adalah berisi catatan-catatn yang
bersifat pribadi, sedangkan dokumen resmi adalah berisi catatan-catatan yang
sifatnya formal.
4. Triangulasi
Triangulasi
adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Jika peneliti menggunakan
pengumpulan data teknik triangulasi, maka peneliti mengumpulkan data yang
sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2012: 330).
Triangulasi
teknik artinya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber berarti, untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Triangulasi waktu pengumpulan data terbagi tiga, yaiyu siang, sore pagi. Waktu
juga sering mempengaruhi kredibilitas data, karena data yang dikumpulkan dengan
teknik wawancara di pagi hari diwaktu narasumber masih segar, belum banyak
masalah. Akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel (Sugiyono, 2012: 330).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian
kualitatif tidak menggunakan populasi karena berangkat dari kasus tertentu yang
ada pada situasi sosial tertentu. Dalam kualitatif, penentuan sampel penelitian
dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian
berlangsung. Sampling adalah pilihan peneliti tentang aspek apa, dari peristiwa
apa, dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu. Teknik sampling
yang sering digunakan adalah purposive
sampling dan snowball sampling.
Tahapan-tahapan
penelitian memiliki tiga fase pokok, yaitu: tahapan orientasi, yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran yang tepat tentang latar penelitian; tahapan
eksplorasi, yang bertujuan mengumpulkan data dengan teknik-teknik tertentu dan
tahapan member check, yang bertujuan melakukan pengecekan dan pemeriksaan
keabsahan data.
Dalam
penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi
untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Dalam
penelitian kualitatif, peneliti harus mampu menggunakan teknik-teknik
kaulitatif pengumpulan data, seperti wawancara, observasi, pengukuran, dokumen,
rekaman, dan indikasi non-verbal.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Khaeruddin;
Akib, Erwin, 2006. Metodologi Penelitian.
Makassar: CV. Berkah Utami.
Tahir,
Muh, 2011. Pengantar Metodologi
Penelitian Pendidikan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar