PARADIGMA
PENELITIAN KUALITATIF
Oleh
SARI UMMUKHAIRUN
105400
4194
10
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang saya susun ini, berisi tentang paradigma
penelitian kualitatif,
semoga makalah ini sangat bermanfaat bagi para pendidik untuk menambah wawasan
khususnya dalam bidang penelitian.
Penulisan makalah ini tidak luput dari hambatan dan
kesulitan bila tanpa bimbingan, dorongan, saran, kritik dan bantuan dari
berbagai pihak yang berkaitan dengan penulisan makalah ini. Untuk itu pada
kesempatan kali ini saya mengucapkan rasa terima kasih bagi semua pihak yang
telah membantu, atas bantuan baik materil dan moril sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan mereka dan
senantiasa melimpahakan pahala yang sebesar – besarnya. Harapan penulis semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik masa kini maupun masa akan
datang. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat
diharapkan.
Makassar,
10 Januari 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul................................................................................................................. i
Kata Pengantar................................................................................................................ ii
Daftar
Isi.......................................................................................................................... iii
BAB
I Pendahuluan
A. Latar
Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................................................ 2
BAB
II Pembahasan
A. Pengertian
Penelitian Kualitatif........................................................................... 3
B. Pengertian paradigma.......................................................................................... 4
C. Paradigma Penelitian Kualitatif........................................................................... 5
D. Jenis – Jenis Paradigma Dalam Penelitian Kualitatif........................................... 5
E. Perbedaan Paradigma Positivisme Dan Alamiah................................................. 6
F. Asumsi – Asumsi Dasar Dalam Paradigma Alamiah........................................... 7
G. Perbandingan Paradigma Kualitatif Dan Kuantitatif.......................................... 9
BAB III Penutup
A. Simpulan.............................................................................................................. 10
B. Saran ................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sekitar tahun 1920-an, para ahli
sosiologi dari “mazhab chicago” sudah mulai menggunakan penelitian kualitatif,
yaitu menganalisis suatu fenomena dalam kehidupan manusia. Dalam waktu yang
bersamaan, para ahli antropologi juga menggambarkan kerangka dari metode karya
lapangan, yaitu melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mempelajari adat
dan budaya masyarakat setempat. Menyimak fokus kajian dari kedua kelompok pakar
tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan bidang
penelitian tersendiri. Fungsi utama penelitian kualitatif adalah menyelidiki
suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti
membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata – kata, laporan terperinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian
kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis maupun
lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati.
Pada mulanya, orang memandang bahwa
apa yang terjadi bersifat alamiah. Peneliti bersifat pasif dan hanya memberi
makna dari apa yang terjadi tanpa ada usaha untuk mengubah. Masa ini disebut
masa prapositvisme. Setelah itu timbul pandangan baru, yakni peneliti dapat
melakukan perubahan dengan sengaja terhadap dunia sekitar melalui berbagai
eksperimen, maka timbullah metode ilmiah. Masa ini disebut masa positivisme.
Pandangan ini pun dibantah oleh pendirian baru yang disebut postpositivisme.
Menurut pandangan terakhir ini, kebenaran tidak hanya satu, tetapi lebih
kompleks, sehingga tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu saja.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian penelitian kualitatif ?
2. Apa
pengertian paradigma ?
3. Bagaimana
jenis – jenis paradigma dalam penelitian kualitatif ?
4. Bagaimana
paradigma positivisme dan alamiah
5. Bagaimana
perbedaan paradigma positivisme dan alamiah ?
6. Bagaimana
asumsi – asumsi dasar dalam paradigma alamiah ?
7. Bagaimana
perbandingan paradigma kualitatif dan kuantitatif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penelitian
Kualitatif
Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian
kualitatif adalah salah satu jenis penelitian yang proses penelitiannya
menghasilkan data deskriptif dari sesuatu yang diteliti.(Hadi dan Haryono, 1998: 56)
Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode observasi, wawancara (interview),
analisis isi, dan metode pengumpul data lainnya untuk menyajikan respons –
respons dan perilaku subjek.(Setyosari, 2012:
40)
Sementara
menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara
umum digunakan untuk meneliti tentang kehidupan masyarakat, tingkah laku, dan
aktivitas sosial.(Hadi dan Haryono, 1998:
56)
Penelitian
kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang dilakukan secara alamiah
sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan tanpa adanya rekayasa dan jenis data
yang dikumpulkan berupa data deskriptif .(Arifin, 2012: 140)
Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah
penelitian yang berakar pada paradigma konstruktivisme yang bermaksud menggali
makna perilaku yang ada dibalik tindakan manusia. (Sukmadinata, 2001: 94)
B.
Pengertian Paradigma
Pengertian
paradigma menurut Patton (1978) dalam Tahir (2011:58) adalah:
“A
paradigm is a world view, a general perspective , a way of breaking down
the complexity of the real world. As
such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and
practitioners: paradigms tell them what is important, legitimate, and
reasonable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to do
without the necessity of long existential or epistemological consideration. But
it is this aspect of paradigms that constitutes both their strength and their
weakness-their strength in that it makes action possible, their weakness in
that the very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of
the paradigm.”
Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar
bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta – fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya.(Arifin,
2012: 146)
Paradigma menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam Tahir
(2011:59), adalah sekumpulan anggapan
dasar mengenai pokok permasalahan, tujuan, dan sifat dasar bahan kajian yang
akan diteliti.
Deddy Mulyana (2003) dalam Tahir
(2011:59) mendefinisikan paradigma sebagai suatu kerangka berpikir yang
mendasar dari suatu kelompok saintis (ilmuwan) yang menganut suatu pandangan
yang dijadikan landasan untuk mengungkap suatu fenomena dalam rangka mencari
fakta.
Jadi, paradigma dapat didefinisikan sebagai acuan yang
menjadi dasar bagi setiap peneliti untuk mengungkapkan fakta – fakta melalui
kegiatan penelitian yang dilakukannya .(Arifin, 2012: 146)
C.
Jenis – Jenis Paradigma dalam Penelitian Kualitatif
Paradigma dalam
penelitian kualitatif terdiri atas tiga, antara lain :
1.
Postpositivisme
Paradigma postpositivisme lahir
sebagai paradigma yang ingin memodifikasi kelemahan – kelemahan yang terdapat
pada paradigma positivisme. Paradigma postpositivisme berpendapat bahwa
peneliti tidak bisa mendapatkan fakta dari suatu kenyataan apabila si peneliti
membuat jarak (distance) dengan kenyataan yang ada. Hubungan peneliti dengan realitas harus bersifat interaktif. Oleh karena
itu perlu menggunakan prinsip trianggulasi, yaitu penggunaan bermacam – macam
metode, sumber data,dan data. (Tahir, 2011: 57-58)
2. Konstruktivisme
Paradigma ini memandang bahwa
kenyataan itu hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sendiri.
Kenyataan itu bersifat ganda, dapat dibentuk, dan merupakan satu keutuhan. Kenyataan ada sebagai hasil bentukan dari kemampuan berpikir seseorang.
Pengetahuan hasil bentukan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi berkembang
terus. Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma konstruktivisme yang
berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman
terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti.
Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada
objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan
hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran. (Arifin, 2012: 140)
3. Teori kritis
(critical theory)
Teori kritis memandang bahwa
kenyataan itu sangat berhubungan dengan pengamat yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain serta nilai – nilai yang dianut oleh pengamat tersebut turut
mempengaruhi fakta dari kenyataan tersebut. Paradigma
teori kritis ini sama dengan paradigma postpositivisme yang menilai realitas
secara kritis. (Tahir, 2011: 58)
D. Paradigma Positivisme dan Alamiah
(interpretif)
1. Paradigma
positivisme (kuantitatif)
Menurut Susman dan
Evered (1978) dalam Emzir (2012:243-244), paradigma positivisme merupakan
paradigma yang didasarkan pada perpaduan atau kombinasi antara angka dan
menggunakan logika deduktif serta menggunakan rancangan penelitian kuantitatif
dalam mengungkapkan suatu fenomena secara objektif. Paradigma ini berpandangan
bahwa suatu ilmu dan penelitian berasal dari data – data yang diukur secara
tepat yang dapat diperoleh dari survei, kusioner, serta dapat digabungkan
dengan statistik dan pengujian hipotesis.
2. Paradigma
alamiah (Kualitatif)
Paradigma alamiah lahir sebagai
paradigma yang ingin memodifikasi kelemahan – kelemahan yang terdapat pada
paradigma positivisme. Paradigma postpositivisme berpendapat bahwa peneliti
tidak bisa mendapatkan fakta dari suatu kenyataan apabila si peneliti membuat
jarak (distance) dengan kenyataan yang ada.Paradigma ini menggunakan rancangan penelitian
kualitatif.(Emzir, 2012: 244)
E. Perbedaan
Paradigma Positivisme Dan Alamiah (Interpretif)
Perbedaan paradigma
positivisme dan alamiah dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Contrasting Positivism and
Naturalist Axioms
Axioms About
|
Positivism Paradigm
|
Naturalist Paradigm
|
The nature of reality
|
Reality is single, tangible, and fragmentable
|
Realities are multiple, constructed, and holistic
|
The relationship of knower to the known
|
Knower and known are independent, a dualism
|
Knower and known are interactive, inseparable
|
The possibility of generalization
|
Time-and context-free generalizations (nomothetic
statements) are possible
|
Only time-and context bound working hypotheses
(ideo-raphic statements) are possible
|
The possibility of casual linkages
|
There are real causes, temporally precedent to or
simultaneous with their effect
|
All entities are in a state of mutual simultaneous
shaping, so that it is impossible to distinguish causes from effects
|
The role of values
|
Inquiry is value-free
|
Inquiry is value-bound
|
Sumber : Lincoln dan Guba, (1985 dalam Tahir, 2011:59)
Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat
perbedaan aksioma paradigma positivisme dan alamiah. Paradigma positivisme pada
umumnya melahirkan metode penelitian kuantitatif, sedangkan paradigma alamiah
melahirkan metode kualitatif.(Tahir, 2011:
60)
F. Asumsi
– Asumsi Dasar Dalam Paradigma Alamiah
“Asumsi atau
anggapan dasar adalah suatu pernyataan yang tidak diragukan lagi kebenarannya
sebagai titk tolak dalam suatu penelitian.”(Arifin, 2012: 196)
Menurut Lincoln dan Guba dalam, asumsi-asumsi dasar
pada paradigma alamiah dapat dipahami hakikatnya, antara lain :
1) Asumsi
tentang kenyataan
Kajian utama dalam
paradigma alamiah adalah berusaha mendapatkan pemahaman yang mendalam dari
suatu fenomena yang diteliti atau berusaha mencari makna dibalik fenomena.
Dalam penelitian kualitatif peneliti ingin mendapatkan makna di balik fenomena,
untuk itu peneliti perlu mendapatkan pemahaman yang mendalam dari suatu
fenomena (verstehen).
Untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam (verstehen), tidak cukup apabila hanya
mengetahui tentang apa dari suatu fenomena tetapi juga mengapa dan bagaimana
dari suatu fenomena. Mengapa suatu fenomena ada atau terjadi, bagaimana suatu
fenomena terjadi atau bagaimana proses terjadinya suatu fenomena. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang apa, mengapa, dan bagaimana, harus dikuasai oleh peneliti.(Tahir, 2011:60)
2) Asumsi
tentang peneliti dan subyek
“Paradigma alamiah berasumsi bahwa
fenomena bercirikan interaktivitas. Walaupun usaha penjajagan dapat mengurangi
interaktivitas sampai ke tingkatan minimum, sejumlah besar kemungkinan akan
tetap tersisa. Pendekatan yang baik memerlukan pengertian tentang kem ungkinan
pengaruh terhadap interaktivitas, dan dengan demikian perlu memperhitungkannya.”(Tahir, 2011:61)
3) Asumsi
tentang hakikat pernyataan tentang ‘kebenaran’
Dalam paradigma
alamiah, penelitian tidak dapat digeneralisasikan karena upaya generalisasi
terikat dengan konteks harus diinterpretasikan kasus perkasus. Dalam penelitian
kualitatif karena tidak bertujuan menggeneralisasikan hasil penelitiannya, maka
penelitian kualitatif tidak perlu meneliti banyak kasus atau subjek. Dalam
studi kasus subjek yang diteliti dapat satu tetapi dapat juga banyak, bahkan
mungkin penduduk suatu negara. Karena dalam studi kasus yang sangat penting
adalah sifatnya yang sangat spesifik.
Contoh penelitian tentang “Perkembangan Demokrasi pada Negara-negara Sosialis.”
Negara-negara yang menganut paham Sosialis menentang paham Demokrasi. Jadi
penelitian perkembangan demokrasi di negara-negara sosialis bersifat
spesifik.Untuk mendeskripsikan hal tersebut, peneliti harus mengumpulkan
informasi tentang kedua negara tersebut (thick
description).
Sebagai contoh tidak
seperti dalam penelitian kuantitatif yang mematok jumlah subjek minimal
sebanyak tiga puluh individu agar dapat
dianalisis dengan statistik , maka dalam penelitian kualitatif tidak mematok
jumlah subjek yang ditelit tetapi lebih mengarah kepada kasus – kasus tertentu.(Tahir, 2011:61)
G. Perbandingan
Paradigma Kualitatif dan
Kuantitatif
’’Secara lebih rinci perbandingan antara paradigma penenelitian kualitatif
dan kuantitatif , dapat
dilihat dalam Tabel 2 berikut.
Tabel
2. Perbandingan paradigma kualitatif dan kualitatif
Mengajurkan penggunaan metode kualitatif
|
Menganjurkan penggunaan metode kuantitatif
|
Fenomelogisme dan verstehen dikaitkan dengan pemahaman perilaku manusia dari frame of reference aktor itu sendiri
|
Logika positivisme:”Melihat fakta atau kasual
fenomena sosial dengan sedikit melihat bagi pernyataan subyektif
individu-individu”
|
Observasi tidak terkontrol dan naturalistik
|
Pengukuran terkontrol dan menonjol
|
Subyektif
|
Obyektif
|
Dekat dengan data:merupakan perspektif “insider”
|
Jauh dari data: data merupakan perspektif “outsider”
|
Paradigma Kualitatif
|
Paradidma Kuantitatif
|
Grounded, orientasi
diskoveri, eksplorasi, ekspansionis, deskriptif, dan induktif
|
Tidak grounded,
orientasi verifikasi, konfirmatori, reduksionis, inferensial dan
deduktif-hipotetik
|
Orientasi proses
|
Orientasi hasil
|
Valid: data “real,
“rich, dan “deep”
|
Reliabel:data dapat direplikasi dan “hard”
|
Tidak dapat digeneralisasi:studi kasus tunggal
|
Dapat digeneralisasi:studi multi kasus
|
Holistik
|
Partikularistik
|
Asumsi realitas dinamik
|
Asumsi realitis stabil’’
|
Fry
(1981, dalam Tahir, 2011: 62)
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Penelitian kualitatif adalah jenis
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai
(diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain
dari kuantifikasi (pengukuran).
2.
Paradigma adalah pandangan mendasar
mengenai pokok persoalan, tujuan, dan sifat dasar bahan kajian. Dalam suatu
paradigma terkandung sejumlah pendekatan. Dalam suatu pendekatan terkandung
sejumlah metode. Dalam suatu metode terkandung sejumlah teknik. Sedangkan dalam
suatu teknik terkandung sejumlah cara dan piranti.
3.
Paradigma dalam penelitian
kualitatif terdiri atas tiga, antara lain :
a)
Postpositivisme
b)
Konstruktivisme
c)
Teoti Kritis (Critical Theory)
4.
a)
Paradigma positivisme
Paradigma ini
didasarkan pada sejumlah prinsip, termasuk suatu kepercayaan di dalam kenyataan
objektif, pengetahuan yang hanya diperoleh dari data yang dimengerti yang dapat
secara langsung dialami dan dibuktikan di antara para pengamat yang mandiri.
b)
Paradigma alamiah (interpretif)
Dengan
penekanannya pada hubungan yang secara sosial terjadi antara formasi konsep dan
bahasa, itu dapat dikenal sebagai paradigma interpretif, yang berisi seperti
pendekatan metodologis kualitatif, seperti fenomenologi, etnografi, dan
hermeneutik, yang ditandai oleh kepercayaan di dalam kenyataan sosial yang
dibangun berdasarkan subjektif, sesuatu yang dipengaruhi oleh kultur sejarah.
5.
Perbedaan Paradigma
Positivisme Dan Alamiah
Paradigma dalam
penelitian kuantitatif adalah Positivisme, yaitu suatu keyakinan dasar
yang berakar dari paham ontologi realisme yang menyatakan bahwa realitas itu
ada (exist) dalam kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum alam (natural
laws). Sedangkan Paradigma kualitatif menyatakan pendekatan
konstruktif atau naturalistis, pendekatan interpretatif, atau sudut pandang postpositivist (postmodern).
6.
Asumsi – asumsi dasar
dalam paradigma alamiah, antara lain :
a) Asumsi
tentang kenyataan
b) Asumsi
tentang peneliti dan subyek
c) Asumsi
tentang hakikat pernyataan tentang ‘kebenaran’
7.
Perbandingan paradigma
kualitatif dan kuantitatif
Penelitian kuantitatif
dan kualitatif memiliki perbedaan paradigma yang amat mendasar. Penelitian
kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte
(1798-1857), sedangkan penelitian kualitatif dibangun berlandaskan paradigma
fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926).
B. Saran
Sebagai mahasiswa, kita
harus memahami paradigma penelitian kualitatif. Karena hal ini sangat berguna
jika kita ingin melakukan suatu penelitian, terutama jika kita ingin melakukan
penelitian dalam bidang ilmu sosial. Sebagaimana diketahui bahwa paradigma
penelitian kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip umum yang mendasari
perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau
pola-pola. Gejala-gejala sosial dan budaya dianalisis dengan menggunakan
kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai
pola-pola yang berlaku, dan pola-pola yang ditemukan tadi dianalisis lagi
dengan menggunakan teori yang objektif.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,Zainal. 2012.Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma
Baru.Bandung:Rosdakarya
Emzir.2011.Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif
dan Kualitatif.Jakarta:Rajawali Pers.
Hadi Amirul,Haryono.1998.Metodologi Penelitian Pendidikan.Bandung:Pustaka Setia
Setyosari,Punaji.2012.Metode Penelitian Pendidikan.Jakarta:Kencana
Sukmadinata,Nana Syaodih.2011.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Rosda.
Tahir,
Muh, 2011. Pengantar Metodologi
Penelitian Pendidikan.Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
terimakasih good article
BalasHapusMy blog
verry good
BalasHapus